Perbedaan Ciri-ciri Burung Trucukan Jantan dan Betina
Trucukan adalah salah satu jenis burung berkicau dari keluarga Pycnonotidae. Meskipun belum tergolong pada burung kontes layaknya murai batu, kacer, cucak ijo, anis merah, lovebird, cucak rowo, kenari, cucak jenggot, kenari dan pleci, akan tetapi pengicau berbadan sedang dengan ukuran sekitar 20 cm ini juga tak kalah populer pada kalangan kicau mania khususnya di tanah air. Hal tersebut bisa terjadi karena burung dari golongan merbah atau cucak-cucakan ini, memang memiliki kemampuan yang cukup menjanjikan. Suara trucukan yang lantang, merdu, bervariasi dan khas, lantas menjadi modal utamanya dalam menarik setiap penghobinya.
Pengicau bernama latin Pycnonotus goiavier ini sangat berbeda dengan burung berkicau jenis lain seperti murai batu, cucak ijo, kacer dan pleci misalnya, dimana yang umumnya memiliki kemampuan lebih mumpuni terutama dalam hal berkicau adalah yang berjenis kelamin jantan. Akan tetapi untuk trucukan jantan dan betina, banyak yang beranggapan bahwa keduanya sama-sama mampu gacor ropel atau ngropel. Sedangkan ropel sendiri adalah istilah umum yang seringkali digunakan oleh para kicau mania untuk menamai ciri khas terhadap suara berkicau dari burung yang berkerabat dekat dengan cucak rowo dan cucak jenggot ini.
Meskipun trucukan jantan dan betina memiliki kemampuan yang serupa dalam mengeluarkan suara khas ropel-nya, akan tetapi diantara masing-masing jenis kelamin pastinya terdapat perbedaan. Seperti halnya anggapan-anggapan yang memaparkan bahwa suara trucukan berjenis jantan banyak dibilang lebih lantang, ngropel-nya lebih panjang, lebih aktif gacor dan lebih bervariasi jika dibandingkan dengan yang berkelamin betina (Baca: Suara Trucukan). Selain itu tak sedikit pula kicau mania yang berasumsi kalau pejantan dari burung bernama lain merbah cercukcuk ini memiliki tampilan atau ciri fisik yang lebih menjanjikan dibanding betina, semisal dengan warna bulunya yang lebih pekat dan jambul-nya yang lebih panjang dan tegas.
Terlepas dari itu semua, bagi para penghobi yang mana sangat gemar menikmati gacoran merdu yang dihasilkan oleh burung dari genus Pycnonotus ini, dan berkeinginan untuk memeliharanya maka sangat tepat jika memilih yang berjenis kelamin jantan. Namun jika belum mengetahui tentang bagaimana cara membedakan jantan dan betina terhadap burung yang memiliki ciri khas jambul berwarna kecoklatan ini, sebelum beranjak untuk membelinya maka tidak ada salahnya jika berkenan untuk menyimak beberapa informasi menyinggung cara membedakan trucukan jantan dan betina sebagai berikut:
Ciri-ciri Trucukan Jantan
- Suara lebih lantang jika dibandingkan dengan burung betina
- Meskipun sedang dalam keadaan mabung, biasanya tetap rajin gacor
- Suara ropel-nya lebih bervariasi dengan durasi yang lebih panjang
- Banyak yang beranggapan kalau ukuran tubuh lebih besar dibanding betina
- Biasanya bulu yang ada pada bagian dada akan terlihat lebih gelap
- Bulu pada lingkar mata yang berwarna hitam terlihat lebih pekat dan lebat
- Leher atau tenggorokan lebih kekar jika dibandingkan dengan burung berjenis betina.
Ciri-ciri Trucukan Betina
- Ketika berkicau biasanya suara terdengar cenderung lirih atau pelan
- Saat sedang dalam keadaan mabung cenderung jarang gacor, bahkan sampai macet bunyi
- Suara ngropel-nya berdurasi lebih pendek dan kurang bervariasi atau monoton
- Banyak yang beranggapan kalau ukuran tubuhnya cenderung lebih kecil
- Banyak pula para kicau mania yang bilang bahwa bulu dadanya berwarna terang
- Bulu lingkar mata yang berwarna hitam cenderung tipis dan warnanya agak memudar
- Tenggorokan atau leher tidak lebih kekar dari burung berjenis kelamin jantan.
Selain dengan perbedaan ciri-ciri trucukan jantan dan betina seperti halnya di atas, perilaku burung saat berada di habitat asalnya juga bisa menjadi acuan atau tolak ukur untuk mengetahui lebih jelas mengenai jenis kelamin dari burung yang memiliki tunggir berwarna kuning ini. Salah satu perilaku yang seringkali dilakukan oleh pejantan ketika berada di alam bebasnya adalah dengan menghempaskan atau membuka lebar sayapnya sembari terus digetar-getarkan. Perilaku sedemikian rupa dilakukan karena burung ingin menunjukkan daerah kekuasaannya. Sambil membuka sayap, pada umumnya burung akan terus gacor atau berkicau. Sedangkan untuk istilah dari perilaku tersebut, para kicau mania umum menyebutnya dengan istilah ”Nggarudo”.